Friday, October 10, 2014

Konsep Diri "Raja Saul"





Raja Saul
     
Saul tidak langsung naik takhta menjadi seorang raja, melainkan melalui beberapa tahap. Ia diurapi oleh Samuel sesuai dengan perintah Allah ( I Samuel 9 : 16 ) setelah keduanya bertemu, ketika Saul sedang mencari Keledai ayahnya yang hilang. Kelak di Mizpah Saul menjadi raja dengan mengundi kaum keluarga Matri Dari suku benyamin ( I Sam 10 : 21). Ada manfaat politis bila orang dari suku bennyamin yang dipilih dan hal ini sering diperhatikan pula. Seperti yang dikatakan  Saul sendiri, peranan politis suku benyamin yang relatif kecil (“ suku yang terkecil di Israel I Sam 9 :21) memperkecil ancaman bagi suku-suku lain karena mereka harus memilih seorang raja dari salah satu suku yang memerintah suku-suku lainnya. Kerendahan hati Saul juga terlihat di Mizpa ketika ia bersembunyi di belakang barang-barang sementara Samuel berusaha memperkenalkan dia ( I Sam 10 : 20-24). Sebagai seorang Tokoh yang menonjol Saul memperoleh banyak dukungan, walaupun ada perlawanan dari beberapa pengacau ( ay 25-27). Kerusuhan orang Amon menguji kemampuan Saul untuk memimpin mereka berdasarkan Kharisma dari Allah ( I Sam 11-15). Meskipun ia dinobatkan menjadi Raja secara pribadi dan dipuja-puja orang banyak, ia masih tetap bertani di Gibea ketika Ia mengetahui serbuan orang Amon di Yabesy-Gilead. Para suku segera di kerahkan dan tentara-tentara Amon di porak-porandakan. Tampaknya Saul masih mengangap Samuel sebagai penguasa atau rekan hakim. Keberhasilan Saul membuat lawanya tunduk kepada kepemimpinannya dan sekali lagi Samuel mengukuhkan Saul sebagai raja di Gilgal. Cerita-cerita tentang naiknya Saul ke tampuk pemerintahan tidak perlu dilihat sebagai peristiwa-peristiwa tersendiri, melainkan sebagai tahap-tahap masa peralihan dari pemerintahan para hakim menuju bentuk kerajaan. Sebelum  Saul dapat diterima penuh oleh seluruh suku-suku Israel, ia harus mendapat pengakuan rakyatnya beberapa kali dan harus membuktikan kemampuannya.
     Saul diperbaharui Hatinya dan dipimpin oleh Roh Kudus. Ia juga dianugrahi sekawanan orang yang hatinya digerakan oleh Allah ( I Samuel 10 : 26). Ia beroleh Samuel, Nabi yang diurapi oleh Nabi Elia  menjadi penasehat yang dapat dipercaya, teristimewa lagi pada permulaan pemerintahannya. Inilah harapan yang indah bagi Saul karena kaya dengan bakat pembawaan, serta diperlengkapi dengan berkat Rohani, tentulah masadepannya sangat gemilang. Ia dipanggil Raja dalam kerajaan teokrasi, dan Allah memperlengkapinya secara ajaib untuk jabatan itu, suatu kesempatan kerjasama yang mulia dengan Allah, suatu kesempatan untuk menjadi berkat bagi orang lain, penobatan sebagai raja Israel benar-benar merupakan harapan besar dan masa depan yang gemilang.   
Tuhan memilih Saul menjadi raja atas orang Israel. Kita bisa melihat bahwa pilihan Tuhan ini merupakan yang terbaik. Saul memiliki kecakapan jasmani dan rohani.
Kita bisa membaca dalam pasal ini bahwa Saul elok rupanya dan tidak ada diantara orang Israel yang lebih elok, dia juga seorang yang tinggi, lebih tinggi sebahu dari rata-rata orang Israel. (1 Sam. 9:2). Selain itu Saul banyak memiliki kelebihan dalam sikapnya: (1). Dia merupakan seorang yang bertanggung jawab. Walaupun dia merupakan anak seorang yang berada, tapi dia melaksanakan tugas dengan baik, berusaha menemukan keledai-keledai betina milik ayahnya (1 Sam. 9:3-5); (2). Seorang yang memperhatikan perasaan orang lain (1 Sam. 9:5); (3). Mau mendengarkan saran dari orang yang kedudukannya lebih rendah (1 Sam. 9:6); (4). Merupakan seorang yang tahu sopan santun (1 Sam. 9: 7-8); (5). Seorang yang rendah hati (1 Sam. 9:20-21).
Kita bisa melihat pemilihan Tuhan atas Saul menunjukkan bagaimana Tuhan begitu memperhatikan umat pilihan-Nya. Dia memberikan yang terbaik atas apa yang diminta oleh bangsa Israel walaupun bangsa itu menyakiti hati-Nya. Inilah contoh kasih yang sempurna.


Saul yang Rendah Hati

Seorang pemimpin yang rendah hati adalah seseorang yang mewujudkan kepemimpinannya dengan 3 hal. Pertama, mengenal diri sendiri dengan baik dan benar. Saul memahami kekurangan dan kelebihan dirinya. Oleh sebab itu dirinya bersembunyi di antara barang-barang. Meskipun apabila dibandingkan dengan orang Israel lainnya (secara fisik) Saul lebih tinggi dari mereka semua, Saul tidak memakai kelebihan itu untuk menonjolkan dirinya. Kedua, menggunakan kelebihan yang dimilikinya untuk memimpin dengan baik. Hal itu terlihat saat bangsa Israel menghadapi bangsa Amon yang menghina bangsa Israel. Maka Saul menggerakkan bangsa Israel untuk maju berperang melawan, dan pada akhirnya mengalahkan bangsa tersebut. Saul mampu mengkoordinasi bangsa Israel dengan baik (1Sam. 11:8). Ketiga, menghargai dukungan yang diberikan kepada dirinya. Pengakuan bangsa Israel terhadap dirinya sebagai raja, merupakan suatu motivasi dan dorongan yang luar biasa bagi Saul untuk menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin. 
Sayang permulaan  yang cerah itu segera berubah menjadi gelap karena kegagalan. Pendurhakaan, kemunduran dan malapetaka, itulah yang menyedihkan yang mulai merasuki kehidupan raja Saul, dan Akhirnya pahlawan yang perkasa ini jatuh dalam berbagai kesalahan-kesalahan ;

Saul tidak taat kepada Firman Tuhan (1Sam. 13: 1- 13)
Nabi Samuel menyuruh Saul ke Gilgal untuk menunggu dia selama 7- hari disana. Setelah Saul menunggu selama 7- hari, ternyata Samuel tidak kunjung tiba, maka rakyat mulai gelisah dan kemudian meninggalkan Saul. Pada waktu itu pasukan Filistin sedang mengepung bangsa Israel. Karena Samuel belum datang juga, maka Saul memberanikan diri untuk mempersembahkan korban yang mana seharusnya adalah bukan bagian dia untuk melakukannya.

Saul sombong (1 Sam. 15: 12)

Sebelum Saul terpilih menjadi raja, Saul adalah orang yang minder. Hal ini terbukti, sewaktu Saul ditemui oleh nabi Samuel untuk diurapi, maka Saul berkata, “Bukankah aku seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel? Dan bukankah kaumku yang paling hina dari segala kaum suku Benyamin?“(1 Sam. 9: 21). Dan ketika pada waktu diadakan suatu undian, Saul terpilih sebagai orang yang ditunjuk oleh Tuhan, tetapi ia, bersembunyi diantara barang- barang (1Sam. 10: 22). Ini sebagai bukti bahwa Saul, sebelum ia menjadi raja, adalah seorang yang minder. Nah, setelah ia diurapi, diubah oleh Roh Allah dan diberi kuasa, ia menjadi sombong. Hal ini terbuti dari: Saul membangun monument untuk menghormati dirinya sendiri (1 Sam. 15: 12) Ketika Saul ditegor oleh Samuel, ia memberikan alasan untuk perbuatannya yang salah serta mencari kambing-hitam: rakyat yang menjadi kambing-hitam (1 Sam.13: 8- 12; 1Sam. 15: 14, 15, 21)  Saul tidak pernah menerima tegoran dengan rendah hati (1 Sam. 15: 30)

Saul serakah (1 Sam. 15: 17- 19)

Saul dikenal dengan keserahannya: Seharusnya ia membunuh semua ternak- ternak orang- orang Amalek, tetapi ia memilih ternak yang baik dan membawanya. Seolah- olah semua ini ia lakukan untuk Tuhan, yaitu mempersembahkan korban bakaran bagi Tuhan. Tetapi sebenarnya motivasi Saul adalah serakah. Ingat! Allah tidak melihat tujuan kita dalam melakukan sesuatu, melainkan motivasikita.

Saul takut kepada orang banyak (1 Sam.15 : 24)

Ketika rakyat menuntut supaya jarahan orang- orang Amalek tidak dibinasakan, melainkan dibawa pulang. Disini Saul takut terhadap rakyat dan mengizinkan rakyat untuk melakukan hal itu,Saul melanggar firman Tuhan karena rakyat. Saul tidak masuk dalam rencana Tuhan, disebabkan karena takut kepada orang banyak atau takut dengan apa kata orang terhadap dirinya
Mengapa Tuhan Akhirnya Menolak Saul?
Saul tidak memiliki kepatuhan dia lupa dengan pangilannya untuk memimpin bangsa Israel, Pidato Samuel menyatakan sikapnya serta sikap Nabi-nabi pengantinya terhadap jabatan Raja, “  dan baik kamu, maupun raja yang akan memerintah kamu mengikuti Tuhan, Allahmu ! tetapi jika kamu tidak mendengarkan Firman Tuhan dan kamu menentang titah Tuhan, maka tangan Tuhan akan melawan kamu dan melawan rajamu ( I Samuel 12 :14-15) dengan Jelas Samuel sebagai utusan Tuhan untuk menyampaikan Firman kepada Raja Saul dan yang telah mengurapi Saul sebagai Raja bangsa Israel, tetapi Saul telah melanggar dan lupa dengan penyertaan Tuhan terhadap Dirinya dan bangsa Israel ketika melawan Orang Filistin yang terus-menerus menghanjurkan bangsa Israel, ketika itulah Samuel menjadi sedih akan keputusan yang telah diambil.Saul tahu dia dipilih oleh Tuhan. Tuhan punya rencana dalam hidupnya, tetapi Saul tidak mempunyai iman dan karakter untuk mencapai itu. 1Samuel 16: 4, dikatakan ”Roh Tuhan telah undur dari Saul dan dia diganggu oleh roh jahat daripada Tuhan.” Apabila roh jahat itu menyerang Saul, maka Saul menjadi gelisah, frustasi, depressi dan tidak merasa ada damai sejahtera dalam hidupnya,

Tuhan tidak memulihkan Hubungan dengan Saul

Saul sebagai Raja yang telah diurapi dan menjadi pilihan Allah untuk memimpin bangsa Israel, tetapi pelanggaran yang tidak berkenan dihadapan Allah dengan tidak mau mengakui kesalahan dan bertobat maka ia tidak dipulihkan, Sebagai ganti Saul yang telah di tolak Allah, Seorang raja yang baru harus dicari. Meskipun Saul mengalami kegagalan, tidak pernah ada maksud untuk kembali pada bentuk persekutuan dua belas suku Israel seperti sebelumnya. Faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya kerajaan itu masih tetap ada. Yang dibutuhkan bukanlah perubahan bentuk pemerintahan melainkan seorang Raja yang baru. Atas perintah Allah, Samuel pergi ke Betlehem untuk menemui Raja yang baru itu.
     Penobatan Daud diikuti dengan lunturnya kekuasaan Saul yang diberikan oleh Allah, “ ia pandai main kecapi, Ia pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit, yang pandai berbicara, elok perawakannya ; Dan Tuhan menyertai dia ( I Samuel 16 : 18).
   Daud juga melakukan perbuatan Dosa besar dihadapan Allah, Daud telah menuruti hawa nafsunya dengan mengambil banyak istri ( II Samuel 5 : 13), suatu hal yang nyata terlarang bagi Raja-raja Israel, dosa yang dilakukan Daud menjerumuskan dia kepada dosa yang lebih jahat lagi, Daud telah berbuat dosa yang jauh lebih besar daripada Saul. Tetapi yang membuat Daud selalu diterima dan bahkan menjadi orang yang berkenan di hati Allah adalah kerendahan hati Daud: Ketika itu ia berbuat dosa (berzinah dan melakukan pembunuhan yang berencana), nabi Natan datang kepada Daud dengan suatu tegoran. Lalu Daud menerima tegoran itu dan merendahkan hatinya di hadapan Tuhan.
Setelah melihat kedudukan kejahatan Saul keangkukahan dan ketidaktaatan kepada Allah, kemauan menuruti kehendak sendiri dan tidak suka berserah kepada Allah, Ia memaksakan kehendaknya sendiri, ia mementingkan diri sendiri dan membinasakan diri sendiri dan tidak mau di berikan arahan oleh Samuel.
Saul masih berbicara, sesudah Ia Mati (Ibrani 11 :4)Dengan nada sedih dan menyayat hati Saul masih berkata-kata sebab itu haruslah kita dengar-dengaran, pertama Ia memberitakan bahwa yang menjadi syarat utama bagi pelaksanaan hidup sejati ialah kesetiaan akan kehendak Tuhan.

KESIMPULAN

Dengan mempelajari Seorang Raja Saul yang telah diurapi oleh Tuhan dan memimpin bangsa Israel, Saul tidak terlepas dari pelanggaran ketidak taatan dengan mengandalkan kekuatan sendiri dan menjauh diri dari Tuhan, ia mempunyai karakter yang buruk, Saul dalam kehidupannya mengajarkan kepada kita, jika kita hanya membiarkan kehendak dan kekuatan Kita dan tidak mau mendengar nasehat Tuhan melalui hambanya, hal itu terjadi ketika ia tidak mau dinasehati oleh Nabi Samuel,  maka kita akan mendapatkan kekalahan dan kegagalan, sama ketika Saul dikalahkan oleh Serangan Bangsa Filistin, Saul tidak ingin mendapatkan bimbingan dari Allah, dengan kepanikan Raja Saul dalam menghadapi Bangsa Fiistin, Ia pergi ke seorang dukun, Karena ketidak taatannya, Saul kehilangan mahkotanya, sebuah awal yang baik jika tidak dipertahkan dengan baik dan ketaatan yang sungguh-sungguh maka akan menghasilkan kematian, hal itu yang menjadi pedoman ketika kita belajar tentang Raja Saul.




Managerweb.com





0 comments:

Post a Comment