Raja Saul
Saul tidak langsung naik
takhta menjadi seorang raja, melainkan melalui beberapa tahap. Ia diurapi oleh Samuel sesuai dengan
perintah Allah ( I Samuel 9 : 16 ) setelah keduanya bertemu, ketika Saul sedang
mencari Keledai ayahnya yang hilang. Kelak di Mizpah Saul menjadi raja dengan
mengundi kaum keluarga Matri Dari suku benyamin ( I Sam 10 : 21). Ada manfaat
politis bila orang dari suku bennyamin yang dipilih dan hal ini sering
diperhatikan pula. Seperti yang dikatakan Saul sendiri, peranan politis
suku benyamin yang relatif kecil (“ suku yang terkecil di Israel I Sam 9 :21)
memperkecil ancaman bagi suku-suku lain karena mereka harus memilih seorang
raja dari salah satu suku yang memerintah suku-suku lainnya. Kerendahan hati
Saul juga terlihat di Mizpa ketika ia bersembunyi di belakang barang-barang
sementara Samuel berusaha memperkenalkan dia ( I Sam 10 : 20-24). Sebagai
seorang Tokoh yang menonjol Saul memperoleh banyak dukungan, walaupun ada
perlawanan dari beberapa pengacau ( ay 25-27). Kerusuhan orang Amon
menguji kemampuan Saul untuk memimpin mereka berdasarkan Kharisma dari Allah (
I Sam 11-15). Meskipun ia dinobatkan menjadi Raja secara pribadi dan
dipuja-puja orang banyak, ia masih tetap bertani di Gibea ketika Ia mengetahui
serbuan orang Amon di Yabesy-Gilead. Para suku segera di kerahkan dan
tentara-tentara Amon di porak-porandakan. Tampaknya Saul masih mengangap Samuel
sebagai penguasa atau rekan hakim. Keberhasilan Saul membuat lawanya tunduk
kepada kepemimpinannya dan sekali lagi Samuel mengukuhkan Saul sebagai raja di
Gilgal. Cerita-cerita tentang naiknya Saul ke tampuk pemerintahan tidak perlu
dilihat sebagai peristiwa-peristiwa tersendiri, melainkan sebagai tahap-tahap
masa peralihan dari pemerintahan para hakim menuju bentuk kerajaan.
Sebelum Saul dapat diterima penuh oleh seluruh suku-suku Israel, ia harus
mendapat pengakuan rakyatnya beberapa kali dan harus membuktikan kemampuannya.
Saul diperbaharui Hatinya
dan dipimpin oleh Roh Kudus. Ia juga dianugrahi sekawanan orang yang hatinya
digerakan oleh Allah ( I Samuel 10 : 26). Ia beroleh Samuel, Nabi yang diurapi
oleh Nabi Elia menjadi penasehat yang dapat dipercaya, teristimewa lagi
pada permulaan pemerintahannya. Inilah harapan yang indah bagi Saul karena kaya
dengan bakat pembawaan, serta diperlengkapi dengan berkat Rohani, tentulah
masadepannya sangat gemilang. Ia dipanggil Raja dalam kerajaan teokrasi, dan
Allah memperlengkapinya secara ajaib untuk jabatan itu, suatu kesempatan
kerjasama yang mulia dengan Allah, suatu kesempatan untuk menjadi berkat bagi
orang lain, penobatan sebagai raja Israel benar-benar merupakan harapan besar
dan masa depan yang gemilang.
Tuhan memilih Saul menjadi raja atas orang Israel. Kita
bisa melihat bahwa pilihan Tuhan ini merupakan yang terbaik. Saul memiliki
kecakapan jasmani dan rohani.
Kita bisa membaca dalam pasal ini bahwa Saul elok rupanya
dan tidak ada diantara orang Israel yang lebih elok, dia juga seorang yang
tinggi, lebih tinggi sebahu dari rata-rata orang Israel. (1 Sam. 9:2). Selain
itu Saul banyak memiliki kelebihan dalam sikapnya: (1). Dia merupakan seorang
yang bertanggung jawab. Walaupun dia
merupakan anak seorang yang berada, tapi dia melaksanakan tugas dengan baik,
berusaha menemukan keledai-keledai betina milik ayahnya (1 Sam. 9:3-5); (2).
Seorang yang memperhatikan perasaan
orang lain (1 Sam. 9:5); (3). Mau mendengarkan
saran dari orang yang kedudukannya lebih rendah (1 Sam. 9:6); (4).
Merupakan seorang yang tahu sopan santun
(1 Sam. 9: 7-8); (5). Seorang yang rendah
hati (1 Sam. 9:20-21).
Kita bisa melihat pemilihan Tuhan atas Saul menunjukkan
bagaimana Tuhan begitu memperhatikan umat pilihan-Nya. Dia memberikan yang
terbaik atas apa yang diminta oleh bangsa Israel walaupun bangsa itu menyakiti
hati-Nya. Inilah contoh kasih yang sempurna.
Saul
yang Rendah Hati
Seorang pemimpin yang rendah hati adalah seseorang yang
mewujudkan kepemimpinannya dengan 3 hal. Pertama, mengenal diri sendiri dengan
baik dan benar. Saul memahami kekurangan dan kelebihan dirinya. Oleh sebab itu
dirinya bersembunyi di antara barang-barang. Meskipun apabila dibandingkan
dengan orang Israel lainnya (secara fisik) Saul lebih tinggi dari mereka semua,
Saul tidak memakai kelebihan itu untuk menonjolkan dirinya. Kedua, menggunakan
kelebihan yang dimilikinya untuk memimpin dengan baik. Hal itu terlihat saat
bangsa Israel menghadapi bangsa Amon yang menghina bangsa Israel. Maka Saul menggerakkan
bangsa Israel untuk maju berperang melawan, dan pada akhirnya mengalahkan
bangsa tersebut. Saul mampu mengkoordinasi bangsa Israel dengan baik (1Sam.
11:8). Ketiga, menghargai dukungan yang diberikan kepada dirinya. Pengakuan
bangsa Israel terhadap dirinya sebagai raja, merupakan suatu motivasi dan
dorongan yang luar biasa bagi Saul untuk menyelesaikan tanggung jawabnya
sebagai seorang pemimpin.
Sayang permulaan yang cerah itu segera berubah
menjadi gelap karena kegagalan. Pendurhakaan, kemunduran dan malapetaka, itulah
yang menyedihkan yang mulai merasuki kehidupan raja Saul, dan Akhirnya pahlawan
yang perkasa ini jatuh dalam berbagai kesalahan-kesalahan ;
Saul tidak taat kepada Firman Tuhan (1Sam. 13: 1- 13)
Nabi Samuel menyuruh
Saul ke Gilgal untuk menunggu dia selama 7- hari disana. Setelah Saul menunggu
selama 7- hari, ternyata Samuel tidak kunjung tiba, maka rakyat mulai gelisah
dan kemudian meninggalkan Saul. Pada waktu itu pasukan Filistin sedang
mengepung bangsa Israel. Karena Samuel belum datang juga, maka Saul
memberanikan diri untuk mempersembahkan korban yang mana seharusnya adalah
bukan bagian dia untuk melakukannya.
Saul sombong (1 Sam. 15: 12)
Sebelum Saul terpilih
menjadi raja, Saul adalah orang yang minder. Hal ini terbukti, sewaktu Saul
ditemui oleh nabi Samuel untuk diurapi, maka Saul berkata, “Bukankah aku
seorang suku Benyamin, suku yang terkecil di Israel? Dan bukankah kaumku yang
paling hina dari segala kaum suku Benyamin?“(1 Sam. 9: 21). Dan ketika pada
waktu diadakan suatu undian, Saul terpilih sebagai orang yang ditunjuk oleh
Tuhan, tetapi ia, bersembunyi diantara barang- barang (1Sam. 10: 22). Ini
sebagai bukti bahwa Saul, sebelum ia menjadi raja, adalah seorang yang
minder. Nah, setelah ia diurapi, diubah oleh Roh Allah dan diberi kuasa,
ia menjadi sombong. Hal ini terbuti dari: Saul membangun monument untuk
menghormati dirinya sendiri (1 Sam. 15: 12) Ketika Saul ditegor oleh
Samuel, ia memberikan alasan untuk perbuatannya yang salah serta mencari
kambing-hitam: rakyat yang menjadi kambing-hitam (1 Sam.13: 8- 12; 1Sam. 15:
14, 15, 21) Saul tidak pernah menerima tegoran dengan rendah hati (1
Sam. 15: 30)
Saul serakah (1 Sam. 15: 17- 19)
Saul dikenal dengan
keserahannya: Seharusnya ia membunuh semua ternak- ternak orang- orang Amalek,
tetapi ia memilih ternak yang baik dan membawanya. Seolah- olah semua ini ia
lakukan untuk Tuhan, yaitu mempersembahkan korban bakaran bagi Tuhan. Tetapi
sebenarnya motivasi Saul adalah serakah. Ingat! Allah tidak melihat tujuan kita
dalam melakukan sesuatu, melainkan motivasikita.
Saul takut kepada orang banyak (1 Sam.15 : 24)
Ketika
rakyat menuntut supaya jarahan orang- orang Amalek tidak
dibinasakan, melainkan dibawa pulang. Disini Saul takut terhadap rakyat dan
mengizinkan rakyat untuk melakukan hal itu,Saul melanggar firman Tuhan karena
rakyat. Saul tidak masuk dalam rencana Tuhan, disebabkan karena takut kepada
orang banyak atau takut dengan apa kata orang terhadap dirinya
Mengapa Tuhan Akhirnya Menolak Saul?
Saul tidak memiliki kepatuhan dia lupa dengan pangilannya
untuk memimpin bangsa Israel, Pidato Samuel menyatakan sikapnya serta sikap
Nabi-nabi pengantinya terhadap jabatan Raja, “ dan baik kamu, maupun raja
yang akan memerintah kamu mengikuti Tuhan, Allahmu ! tetapi jika kamu tidak
mendengarkan Firman Tuhan dan kamu menentang titah Tuhan, maka tangan Tuhan
akan melawan kamu dan melawan rajamu ( I Samuel 12 :14-15) dengan Jelas Samuel
sebagai utusan Tuhan untuk menyampaikan Firman kepada Raja Saul dan yang telah
mengurapi Saul sebagai Raja bangsa Israel, tetapi Saul telah melanggar dan lupa
dengan penyertaan Tuhan terhadap Dirinya dan bangsa Israel ketika melawan Orang
Filistin yang terus-menerus menghanjurkan bangsa Israel, ketika itulah Samuel
menjadi sedih akan keputusan yang telah diambil.Saul tahu dia dipilih oleh Tuhan. Tuhan punya rencana
dalam hidupnya, tetapi Saul tidak mempunyai iman dan karakter untuk mencapai
itu. 1Samuel 16: 4, dikatakan ”Roh Tuhan telah undur dari Saul dan
dia diganggu oleh roh jahat daripada Tuhan.” Apabila roh jahat itu menyerang
Saul, maka Saul menjadi gelisah, frustasi, depressi dan tidak merasa ada damai
sejahtera dalam hidupnya,
Tuhan
tidak memulihkan Hubungan dengan Saul
Saul sebagai Raja yang telah diurapi dan menjadi pilihan
Allah untuk memimpin bangsa Israel, tetapi pelanggaran yang tidak berkenan
dihadapan Allah dengan tidak mau mengakui kesalahan dan bertobat maka ia tidak
dipulihkan, Sebagai ganti Saul yang telah di tolak Allah, Seorang raja yang
baru harus dicari. Meskipun Saul mengalami kegagalan, tidak pernah ada maksud
untuk kembali pada bentuk persekutuan dua belas suku Israel seperti sebelumnya.
Faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya kerajaan itu masih tetap ada. Yang
dibutuhkan bukanlah perubahan bentuk pemerintahan melainkan seorang Raja yang
baru. Atas perintah Allah, Samuel pergi ke Betlehem untuk menemui Raja yang
baru itu.
Penobatan Daud diikuti dengan
lunturnya kekuasaan Saul yang diberikan oleh Allah, “ ia pandai main kecapi, Ia
pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit, yang pandai berbicara, elok
perawakannya ; Dan Tuhan menyertai dia ( I Samuel 16 : 18).
Daud juga melakukan perbuatan Dosa besar
dihadapan Allah, Daud telah menuruti hawa nafsunya dengan mengambil banyak
istri ( II Samuel 5 : 13), suatu hal yang nyata terlarang bagi Raja-raja
Israel, dosa yang dilakukan Daud menjerumuskan dia kepada dosa yang lebih jahat
lagi, Daud telah berbuat
dosa yang jauh lebih besar daripada Saul. Tetapi yang membuat Daud selalu
diterima dan bahkan menjadi orang yang berkenan di hati Allah adalah kerendahan
hati Daud: Ketika itu ia berbuat dosa (berzinah dan melakukan pembunuhan yang
berencana), nabi Natan datang kepada Daud dengan suatu tegoran. Lalu Daud
menerima tegoran itu dan merendahkan hatinya di hadapan Tuhan.
Setelah melihat kedudukan kejahatan Saul keangkukahan dan
ketidaktaatan kepada Allah, kemauan
menuruti kehendak sendiri dan tidak suka berserah kepada Allah, Ia memaksakan
kehendaknya sendiri, ia mementingkan diri sendiri dan membinasakan diri sendiri
dan tidak mau di berikan arahan oleh Samuel.
Saul masih berbicara, sesudah Ia Mati (Ibrani 11
:4)Dengan nada sedih dan menyayat hati Saul masih berkata-kata sebab itu
haruslah kita dengar-dengaran, pertama Ia memberitakan bahwa yang menjadi
syarat utama bagi pelaksanaan hidup sejati ialah kesetiaan akan kehendak Tuhan.
KESIMPULAN
Dengan mempelajari Seorang Raja Saul yang telah diurapi
oleh Tuhan dan memimpin bangsa Israel, Saul tidak terlepas dari pelanggaran
ketidak taatan dengan mengandalkan kekuatan sendiri dan menjauh diri dari Tuhan,
ia mempunyai karakter yang buruk, Saul dalam kehidupannya mengajarkan kepada
kita, jika kita hanya membiarkan kehendak dan kekuatan Kita dan tidak mau
mendengar nasehat Tuhan melalui hambanya, hal itu terjadi ketika ia tidak mau
dinasehati oleh Nabi Samuel, maka kita akan mendapatkan kekalahan dan
kegagalan, sama ketika Saul dikalahkan oleh Serangan Bangsa Filistin, Saul
tidak ingin mendapatkan bimbingan dari Allah, dengan kepanikan Raja Saul dalam
menghadapi Bangsa Fiistin, Ia pergi ke seorang dukun, Karena ketidak taatannya,
Saul kehilangan mahkotanya, sebuah awal yang baik jika tidak dipertahkan dengan
baik dan ketaatan yang sungguh-sungguh maka akan menghasilkan kematian, hal itu
yang menjadi pedoman ketika kita belajar tentang Raja Saul.
Managerweb.com
0 comments:
Post a Comment